DO'AKU SELALU UNTUKMU UMMI.....

Minggu, 21 November 2010

Untaian Kata Mutiara

"Semulia-mulianya manusia adalah siapa yang mempunyai adab, merendahkan diri ketika berkedudukan tinggi, memaafkan ketika berdaya membalas dan bersikap adil ketika kuat" (Khalifah Abdul Malik bin Marwan).

"Jangan mengukur kebijaksanaan seseorang hanya karena kepandaiannya berkata-kata, tetapi juga perlu dinilai buah fikiran serta tingkah lakunya"

"Jembatan menjadi penghubung antara dua buah kampung, perkawinan menjadi penghubung antara dua insan dan anak menjadi penghubung antara ibu dan ayah"

"kehidupan kita di dunia ini tidak menjanjikan suatu jaminan yang kekal. Apa yang ada hanyalah percobaan, kesabaran dan pelbagai peluang. Jaminan yang kekal abadi hanya dapat ditemui apabila kita kembali semula kepada Ilahi"

"Menjadi manusia merdeka bukan menjadi manusia yang tahu segala, tetapi menjadi manusia yang ketertundukannya kepada semua yang fana tidak melebihi ketertundukan kepada Allah Subhanahu Wata'ala, Laa Ilaha Illallah…"


Hidup sederhana bukanlah hidup dalam kemiskinan

Saudaraku yang dikasihi Allah hidup sederhana adalah hidup yang diajarkan Rasulullah SAW. Sudah seharusnya dalam kehidupan kita sehari – hari untuk selalu meneladani gaya hidup ala Rasulullah tercinta. Rasulullah makhluk yang paling mulia dimuka bumi ini adalah sebaik – baik contoh bagi umatnya.

Wahai saudaraku yang selalu rindu akan cinta Allah, pemilik jiwa – jiwa yang suci, hidup sederhana bukanlah berarti hidup susah dan senang menderita, tapi hidup yang mengerti mana kebutuhan dan mana keinginan, bukan berarti juga meninggalkan kesenangan dunia, bukan saudaraku…., tapi sadar bahwa setiap kesenangan pasti akan dimintai pertanggung jawaban, kita sering kali lupa bahwa kita akan mempertanggung jawabkan nikmat yang kita terima, seperti :

“ Kemudian sungguh, pada hari itu kamu akan ditanya tentang kenikmatan yang kamu peroleh hari ini ( yang kamu megah – megahkan di dunia itu )". ( QS. Al-Takatsur 102:8)

“ Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemewahannya berkatalah orang – orang yang menghendaki kehidupan dunia : “ moga – moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun .Sesungguhnya ia benar – benar mempunyai keberuntungan yang besar.”
Berkatalah orang – orang yang di anugerahi ilmu : “ kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang – orang yang beriman dan beramal saleh “. ( QS. Al- Qashash 28 : 79- 80 ).

“ Maka datanglah sesudah mereka, pengganti yang menyia – nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal shaleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya sedikitpun”. (QS. Maryam 19 : 59-60).

Ayat diatas menerangkan keadaan orang yang bermegah – megahan dan di sibukkan oleh harta benda dan orang – orang yang mempunyai sifat selalu menuruti hawa nafsunya padahal Allah telah dengan tegas mengatakan :

“ Sesungguhnya manusia itu benar – benar dalam kerugian “. ( QS. Al – Ashr 103 : 2 )

Seperti umar Ibnu Khattab semasa menjabat menjadi khalifah, beliau lebih memilih menyisakan kesenangan untuk hari akhir dari pada kesenangannya sekarang. Umar berlaku demikian karena mencontoh sunah Rasulullah SAW. Ia bercerita: “ Aku pernah minta izin menemui Rasulullah, aku mendapatkan beliau sedang berbaring diatas tikar yang sangat kasar, sebagian tubuh beliau berada diatas tanah, beliau hanya berbantal pelepah kurma yang keras. Aku ucapkan salam kepadanya dan duduk di dekatnya, aku tidak sanggup menahan tangisku.
“ Mengapa engkau menangis, hai putra Khattab?” Rasulullah bertanya.
Aku berkata, “ Bagaimana aku tidak menangis, tikar ini telah menimbulkan bekas pada tubuh engkau. Engkau ini nabi Allah, kekasih-Nya, kekayaanmu hanya yang aku lihat sekarang ini. Padahal di tempat sana, Kisra dan Kaisar duduk diatas kastil emas, berbantalkan sutra”.
Nabi yang mulia berkata, “ mereka telah menyegerakan kesenangannya sekarang juga, kesenangan yang akan cepat berakhir. Kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita unutk hari akhir kita. Perumpamaanku dengan dunia sepaerti seseorang yang bepergian pada musim panas, ia berlindung sejenak dibawah pohon, kemudian berangkat dan meninggalkannya”.( Hayat al- Shahabah 2: 352).

Ingatlah saudaraku, hidup dengan bermegah – megahan hanya akan membuat hati kita menjadi keras, sombong dan akan lebih menjauhkan diri kita dari cinta dan kasih Allah. Kondisi seperti ini adalah seburuk – buruk hati, bukankah Allah sangat membenci sesuatu yang serba berlebih – lebihan?

Al Muhasibi berbisik parau : Kesederhanaan adalah kemuliaan, kesederhanaan baru bisa terwujud kala kita menyadari bahwa hidup di dunia hanyalah persinggahan dari perjalanan panjang manusia menuju Tuhan.


Wanita Lain (The Other Woman)

Setelah menikah selama dua puluh satu tahun akhirnya kutemukan cara untuk menjaga agar cahaya cinta tetap bersinar.

Beberapa waktu yang lalu, aku keluar bersama wanita yang lain dari biasanya. Gagasan itu justru dari istriku sendiri.

"Aku yakin kau akan mencintainya," kata istriku.
"Tapi aku mencintaimu," protesku.
"Aku tahu itu, tapi kau juga akan mencintainya."

Sebenarnya wanita yang dimaksud istriku tidak lain adalah ibuku sendiri yang telah menjanda selama 19 tahun. Tuntutan pekerjaan dan tiga anakku membuatku jarang mengunjunginya.

Malam itu aku menelepon untuk mengajaknya kencan makan malam dan nonton bioskop.

"Ada apa? Kau baik-baik saja, kan?" ibuku balik bertanya.

Ibuku termasuk tipe orang yang beranggapan bahwa telepon di larut malam dan undangan mendadak adalah pertanda berita buruk.

"Kupikir akan sangat menyenangkan melewatkan waktu bersama Ibu," jelasku. "Hanya kita berdua saja."
Dia berpikir sejenak lalu berkata, "Aku setuju dengan rencanamu itu."

Jumat itu, setelah kerja, aku meluncur ke rumahnya untuk menjemput. Aku sedikit gelisah. Sesampainya di sana, kuperhatikan dia juga agak salah tingkah. Dia memakai mantel, menunggu di depan pintu. Rambutnya dikeriting dan memakai baju yang dikenakannya di ulang tahun perkawinannya yang terakhir. Dia tersenyum dengan wajah seberseri
bidadari.

"Aku bercerita kepada teman-temanku bahwa aku kencan dengan anakku. Mereka terkesan," katanya sambil memasuki mobil. "Mereka tidak sabar menunggu cerita pertemuan kita ini."

Kami pergi ke restoran yang cukup baik dan nyaman. Ibuku menggandeng tanganku seakan-akan ia adalah istri seorang presiden. Setelah kami duduk, kubaca menu. Mata ibuku hanya bisa melihat tulisan yang tercetak dengan huruf besar.

Selama makan kuperhatikan ibu selalu menatapku. Senyuman nostalgia tersungging di bibirnya.

"Biasanya, aku yang selalu membacakan menu ketika kau masih kecil," kata ibu.
"Sekarang santailah, biar aku yang ganti membaca untuk membalas kebaikan ibu," jawabku.

Selama makan malam, kami terlibat dalam pembicaraan yg mengasyikkan. Tidak ada yang istimewa, hanya tentang kejadian-kejadian terakhir dalam kehidupan kami berdua. Kami bicara banyak sampai lupa acara nonton film. Kemudian aku mengantarnya pulang.

"Aku akan keluar lagi bersamamu, tapi atas undanganku," kata ibuku.
"Kalau kau setuju?"

Aku segera menyatakan persetujuanku.

Sesampainya di rumah, istriku bertanya, "Bagaimana acara makan malammu?"
"Sangat menyenangkan. Jauh lebih menyenangkan dari yang kubayangkan," jawabku.

Beberapa hari kemudian ibuku meninggal dunia karena serangan jantung. Kejadian itu begitu mendadak sehingga aku tidak sempat berbuat apa-apa.

Kemudian aku menerima amplop ibuku yang berisi kwitansi tanda lunas dari sebuah rumah makan yang rencananya akan kami kunjungi berdua. Amplop itu juga berisi secarik surat yang berbunyi:

"Telah kubayar lunas. Mungkin aku tidak bisa ke sana bersamamu, tapi aku tetap membayar untuk dua orang: untukmu dan istrimu. Kau takkan pernah tahu arti malam itu bagiku. Aku mencintaimu."

Saat itu aku baru menyadari betapa pentingnya mengucapkan: "Aku Mencintaimu" dan memberi orang yang kita cintai waktu yang layak diterimanya.

Dalam hidup ini tak ada yang lebih penting dari Tuhan dan keluargamu.
Luangkan waktu yang layak bagi mereka karena hal itu tak dapat ditunda sampai waktu lain.


Perbaiki Persahabatan Yang Retak

Kesalahanpahaman dapat menganggu dan memutuskan hubungan persahabatan sekalipun persahabatan telah terjalin kuat. Kita semua butuh teman. Teman menjadi orang yang dapat diajak bicara dikala kita punya masalah dengan pasangan, ketika kita memiliki masalah di tempat kerja atau bahkan masalah di rumah sendiri. Teman dapat membantu kita melewati masa-masa sulit, menawarkan kita nasehat, memberikan kenyaman dan mendukung disaat kita lagi dirundung kesedihan.

Tetapi memiliki teman yang saling mengerti tidaklah muda dan terkadang kita lupa sebuah persahabatan membutuhkan beberapa perhatian dan kalau tidak, persahabatan bisa memudar dan kadang persahabatan mengalami ketidakseimbangan. Misalnya, satu teman anda hanya bisa berbicara saja atau hanya ingin selalu diperhatikan, dan anda menemukan perasan tidak aman, marah atau terabaikan.

Jika anda tidak mampu mengatasi, perasaan ini dapat merusak dan mengancam persahabatan. Tumbuh menjadi kekecewaan dan suatu saat bisa meledak atau anda menghindari dan akhirnya anda akan kehilangan teman baik.

Berikut beberapa tips untuk membantu anda mengatur dan memperbaiki hubungan persahabatan yang retak:

Berbicara
Jika anda tidak senang dengan sesuatu yang seorang teman katakan atau lakukan, katakan padanya dengan jelas. Anda harus tahu bahwa reaksi atau kata-katanya memiliki pengaruh pada anda. Ia mungkin akan defensif ketika anda mengatakan tetapi ada juga kemungkinan hal itu menjadi pembuka mata bagi dirinya setidaknya mengerti ketidaksenangan.

Ketika anda bertengkar
Jika anda berargumen dengan teman sampai terjadi ketegangan, berikan waktu untuk mendinginkan suasana tetapi jangan terlalu lama sebelum anda mengusulkan untuk bertemu minum kopi, nonton film atau aktivitas lain misalnya.

Tetap berhubungan
Anda harus selalu berhubungan dengan teman jika anda ingin menjaga persahabatan tetap hidup. Dan berikut beberapa cara yang perlu dilakukan:

- Sering kirim e-mail pada teman-teman anda, sekalipun hanya sebuah catatan singkat lebih baik daripada tidak.

- Telepon dan chat minimal sekali seminggu. Percakapan yang singkat lebih baik dari pada tidak sama sekali.

- Pergi ke tempat senam, olahraga bersama-sama, atau pergi ke supermarket atau ke pusat kecantikan bersama-sama.

- Bertemu dan makan siang bersama atau setidaknya minum kopi minimal sekali dalam satu minggu.


Berpikir dan Bertindak Demi Hari Esok

Jika Anda lebih menginginkan keberhasilan, Anda dapat memilikinya. Masa depan Anda dapat menjadi lebih cerah daripada semua yang Anda inginkan. Karena cara berpikir Anda mencerminkan cara Anda bertindak. Dan cara Anda bertindak menentukan bagaimana masa depan yang akan terbentang di depan Anda.
(Vernon Howard).

Pada suatu hari Bahlul sedang berjalan-jalan di sebuah jalan di kota Basrah. Tiba-tiba, ia melihat anak-anak tengah bermain dengan buah kemiri dan pala. Namun, di sana ada seorang anak yang hanya menonton teman-temannya sambil menangis. Bahlul menghampirinya dan berkata dalam hati, "Anak ini bersedih karena tidak memiliki mainan seperti yang dimiliki oleh anak-anak yang lain." Kemudian Bahlul berkata kepadanya, "Anakku, mengapa kamu menangis? Maukah aku belikan buah kemiri dan pala, sehingga kamu dapat bermain dengan teman-temanmu?"

Anak itu menatap Bahlul, lalu menjawab: "Hai orang yang kurang cerdas, kita diciptakan bukan untuk bermain-main." "Lalu untuk apa kita diciptakan?" tanya Bahlul.
Anak kecil itu menjawab, "Untuk belajar dan beribadah." Bahlul bertanya lagi, "Dari mana kamu memperoleh jawaban itu? Kiranya Allah memberkatimu".

Dia menjawab, "Dari firman Allah dalam QS Al-Mu'minun ayat 116, Apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakanmu untuk bermain-main dan bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?"

Kisah antara Bahlul dan seorang anak itu, memberikan pelajaran bagi siapa pun. Bahwa manusia diciptakan untuk belajar dan beribadah. Demikian pula halnya dengan kehidupan berkeluarga. Kita tentu semata-mata harus membangunnya di atas dasar koridor belajar dan beribadah kepada Allah.

Betul, kalau setiap anak itu butuh bermain dalam hidupnya. Namun, tentu bermain yang mengandung dan mengarahkan si anak kepada proses belajar membangun aktivitas beribadah kepada Allah SWT. Apalagi, saat ini di sekitar kita begitu banyak tersebar aneka fasilitas dan informasi bermain yang ditawarkan pada anak-anak. Yang kadangkala kalau orang tua tidak hati-hati, permainan itu tidak islami dan bisa merusak akidah anak kita.

Di sinilah, barangkali perlunya peran serta dan kemampuan pola kebijakan orang tua dalam memilih teman bermain anak-anaknya. Dan sebenarnya, inti dari belajar itu adalah berpikir dan bertindak. Bukankah, perilaku yang diperbuat oleh tiap manusia, semata-mata diawali dari sebuah niat dan pola pikir dalam hati dan akalnya. Untuk itu, tiap orang tua dituntut agar niat dan akal anak-anaknya harus ditata dan dibina dengan baik agar melahirkan perbuatan yang dapat menjadi bekal dan penyelamat dalam menyongsong masa depannya.

Jadi, berpikir dan bertindak ini jelas-jelas akan menjadi kunci keberhasilan dari apa-apa yang kita inginkan, termasuk dalam pembentukan keluarga sakinah. Dalam hal ini, Vernon Howard mengungkapkan, jika Anda lebih menginginkan keberhasilan, Anda dapat memilikinya. Masa depan Anda dapat menjadi lebih cerah daripada semua yang Anda inginkan. Karena cara berpikir Anda mencerminkan cara Anda bertindak. Dan cara Anda bertindak menentukan bagaimana masa depan yang akan terbentang di depan Anda.

Untuk itu, bangunlah setiap saat pola pikir dan tindakan anak-anak kita sesuai etika dan perilaku islami. Karena menurut John Kehoe, melalui pengulangan, pikiran menjadi terpusat dan terarah serta kemampuannya dapat berlipat ganda setiap saat. Semakin sering diulang, semakin banyak tenaga dan kekuatan yang terkumpul dan semakin siap untuk diwujudkan.

Akhirnya, tidak ada jalan lain untuk menyongsong hari esok, selain setiap anggota keluarga Muslim harus betul-betul menyadari bahwa dalam hidup ini, kita harus memperhatikan bekal-bekal apa saja yang telah dipersiapkan dan diperbuat bagi kehidupan di hari esok. Allah berfirman, "dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)" (QS. Al-Hasyr: 18). Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar