DO'AKU SELALU UNTUKMU UMMI.....

Senin, 08 November 2010

Do'a, Adab dan Larangannya



الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على رسول الله صلى الله عليه وسلم، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله وبعد
Sesungguhnya ketaatan yang paling mulia dan ibadah-ibadah yang paling agung serta pendekatan yang akan mendekatkan dengannya seorang muslim kepada Rabbnya Jalla wa `Alaa ialah do`a. Karena terkandung di dalamnya bentuk pengakuan terhadap kebesaran al Baariy dan Kekuatan-Nya, Kayanya Dia dan Maha Kuasanya Dia. Dan juga terkandung di dalamnya bentuk hinanya seorang hamba dan tunduknya dia dihadapan sang Penciptanya Jalla wa `Alaa.
Sesungguhnya Allah Ta`ala telah memerintahkan kita untuk berdo`a, firman-Nya :
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah : 186)
Manusia dalam berdo`a ada tiga keadaan :
Diantaranya mereka ada yang berdo`a (meminta) selain kepada Allah Ta`ala dan mereka ini kaum musyrikin. Sesungguhnya mereka walaupun mengikhlashkan do`a dalam keadaan susah, namun yang demikian tidak memberi manfaat kepada mereka. Allah Jalla wa `Alla berfirman  :
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
“Maka apabila mereka naik kapal mereka berdo`a kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).” (QS.  Al `Ankabut : 65)
Dan yang menyerupai mereka dari sebagian sisi yakni seorang muslim yang berdo`a (meminta) kepada Allah Ta`ala dalam keadaan susah dan kesempitan, (namun) apabila datang rasa senang dia lalai dan lupa.
Dari Abu Hurairah radhiallahu `anhu berkata : Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam bersabda:
"من سره أن يستجيب الله له في الشدائد والكرب فليكثر الدعاء في الرخاء"
“Barang siapa yang ingin Allah Ta`ala mengabulkan do`anya disaat kesusahan dan kesempitan, maka hendaklah dia memperbanyak do`a di waktu senang”.[1]
Diantara mereka yaitu suatu kaum dimana Allah Jalla wa `Alla telah memberikan kepada mereka kelapangan dari rizqi-Nya namun mereka tidak bersyukur, bahkan mereka melampaui batas dan sombong. Allah Ta`ala berfirman tentang mereka :
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Rabb kalian berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari meng-ibadati-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (QS. Ghaafir : 60)
Dan diantara mereka adalah orang orang mukmin yang mengetahui keagungan Rabb mereka dan meyakini bahwa tidak ada kebahagian dan kemenangan di dunia dan akhirat kecuali dari-Nya Subhaana wa Ta`ala.
Allah Tabaaraka wa Ta`ala memuji mereka :
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَى وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَباً وَرَهَباً وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
“Maka Kami memperkenankan doanya dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada kami. (QS. Al-Anbiya’ : 90)
Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam bersabda menjelaskan pada ummatnya tentang keutamaan berdo`a :
"ليس شيء أكرم على الله من الدعاء"
“Tidak sesuatu yang lebih mulia disisi Allah Jalla wa `Alaa daripada do`a”.[2]
Dari Anas bin Malik radhiallahu `anhu berkata : Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam bersabda :
"ألظوا بياذا الجلال والإكرام"
“Selalulah kalian mengucapkan Ya Dzal Jalaali wal Ikraam”.[3]
Maka Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam menjelaskan bahwa Allah `Azza wa Jalla mencintai hamba-hambaNya yang banyak berdo`a dan tiada henti padanya. Berkata seorang penyair:
"لا تسألن بني آدم حاجة            وسل الذي أبوابه لا تحجب
الله يغضب إن تركت سؤاله           وبني آدم حين يسأل يغضب
“Jangan sekali kali kamu meminta kepada bani Adam satu hajat
Dan mintalah kepada Dzat yang pintu-pintuNya tidak ditutup
Allah akan marah kalau kamu meninggalkan meminta padaNya
Sedangkan bani Adam ketika kamu meminta padanya dia akan marah”.
Dan seorang penyair Jaahiliy berkata di mu`alaqaatnya :
"والله ليس له شريك                 علام ما أخفت القلوب
من يسأل الناس يحرموه             وسائل الله لا يخيب"
“Dan Allah tidak ada bagiNya sekutu
Maha Mengetahui apa yang disembunyikan oleh hati
Barang siapa yang meminta kepada manusia mereka akan mengharamkannya
Sedangkan yang meminta kepada Allah tidak akan merugi”.
Diwajibkan atas seorang hamba untuk memperhatikan dalam berdo`a perkara-perkara sebagai berikut :
Pertama : Ikhlas karena Allah Ta`ala saja dalam do`anya.
Dari Nu`man bin Basyiir radhiallahu `anhu berkata, Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam bersabda :
"الدعاء هو العبادة"
“Do`a adalah ibadah”.[4]
Sesungguhnya Allah Jalla wa `Alaa telah menjelaskan tentang wajibnya ikhlash dalam ibadah kepada-Nya :
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada  Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) Din yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah : 5)
Dan Allah Ta`ala berfirman :
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَداً
“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah seorangpun diantara kalian mempersekutukan Allah dalam berdo`a. (QS. Al-Jinn : 18)
Kedua : Jangan seorang hamba tergesa-gesa agar dikabulkan do`anya.
Sesungguhnya Allah Subhaana wa Ta`ala sangat mengetahui kemaslahatan hambaNya. Tidak ada seorangpun yang berdo`a kecuali pasti dikabulkan baginya dan diberikan apa yang dia minta, atau dipalingkan darinya satu kejelekan semisalnya, atau disimpan untuknya diakhirat nanti sebagaimana dijelaskan dalam hadist shohih dari Abu Sa`iid radhiallahu `anhu bahwa Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam bersabda :
ما من مسلم يدعو بدعوة ليس فيها إثم ولا قطيعة رحم، إلا أعطاه الله بها إحدى ثلاث : إما أن تعجل له دعوته،  وإما أن يدخرها له في الآخرة، وإما أن يصرف عنه من السوء مثلها قالو : إذا نكثر ؟ قال : الله أكثر
“Tidak ada seorang muslim pun berdo`a dengan satu do`a yang tidak terdapat padanya dosa atau memutuskan silaturrahmi, kecuali Allah akan memberikan kepadanya satu dari tiga : yakni apakah akan disegerakan baginya do`a tersebut, atau apakah disimpankan baginya do`a tersebut di akhirat nantinya, atau apakah dipalingkan darinya satu kejelekan semisal do`anya tersebut. Berkata para shahabat : “Jadi kita perbanyak do`a tersebut ya Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam”, Beliau menjawab : “Allah, perbanyaklah”.[5]
Dari Abu Hurairah radhiallahu `anhu bahwa Nabi  Shollallahu `alaihi wa Sallam bersabda :
"يستجاب لأحدكم ما لم يعجل، يقول دعوت فلم يستج لي"
“Dikabulkan do`a salah seorang kalian selama dia tidak tergesa gesa, dimana dia berkata saya telah berdo`a akan tetapi belum dikabulkan juga untuk saya”.[6]
Ketiga : Janganlah dia berdo`a dengan satu dosa atau memutuskan silaturrahmi.
Dari Abu Hurairah radhiallahu `anhu berkata , Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam bersabda :
"لا يزال يستجاب للعبد ما لم يدع بإثم أو قطيعة رحم"
“Senantiasa dikabulkan bagi seorang hamba selagi dia tidak berdo`a dengan bentuk satu dosa atau memutuskan silaturrahmi”.[7]
Keempat : Hendaklah ketika berdo`a hatinya hadir, menghadap kepada Rabbnya sewaktu bermunajat, betul-betul dalam keadaan khusu` dan tenang, serta yakin bahwa do`anya akan dikabulkan.
Dari Abu Hurairah radhiallahu `anhu berkata : Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam besrabda :
ادعوا الله وأنتم موقنون بالإجابة واعلموا أن الله لا يستجيب دعاء من قلب غافل لاه".
“Berdo`alah kalian kepada Allah dan kalian yaqin akan dikabulkan. Dan ketahuilah oleh kalian bahwa Allah tidak akan mengabulkan do`a dari hati yang lalai dan kosong”.[8]
Kelima : Bertakwa kepada Allah `Azza wa Jalla dengan mengerjakan ketaatan dan menjauhi maksiat.
Allah Tabaaraka wa Ta`ala berfirman :
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللّهِ إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللّهُ بِقَوْمٍ سُوءاً فَلاَ مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki  keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS.Ar-Ra’d : 11)
Berkata sebahagian kaum salaf : “Jangan sekali-kali kamu menganggap lambat dikabulkannya do`a, dimana sesungguhnya kamu telah menutup jalannya dengan maksiat.”
Berkata penyair :
نحن ندعو الإله في كل كرب         ثم ننساه عند كشف الكروب
كيف نرجو إجابة لدعاء                  قد سددنا طريقها بالذنوب
“Kita meminta kepada Allah disetiap dapat kesusahan
Kemudian kita melupakanNya ketika dilepaskan dari kesusahan
Bagaimana kita mengharapkan do`a kita dikabulkan
Sesungguhnya kita telah menutup jalannya dengan perbuatan maksiat”.
Keenam : Hendaklah diketahui bahwa diantara penghalang terbesar untuk dikabulkannya do`a ialah makanan yang haram.
Sesungguhnya sangat disayangkan bahwa kebanyakan dari kita tidak memperhatikan ini. Dari Abu Hurairah radhiallahu `anhuberkata, Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam bersabda :
"ليأتين على الناس زمان لا يبالي المرء بما أخذ المال، أمن الحلال أم من حرام"
“Betul-betul akan datang kepada manusia satu zaman dimana seseorang tidak peduli lagi dengan cara apa dia mendapatkan harta, apakah dari cara yang halal atau haram”.[9]
Sebagai contoh, kamu lihat sebagian manusia mengambil harta benda manusia dengan cara zhalim dan pemaksaan, sebagian mereka dengan penipuan dan hilah, diantara mereka ada yang merampas hak-hak para pekerjanya, dan yang lainnya menanamkan harta bendanya di bank-bank riba, atau mencampur baurkan harta-harta dan bisnis mereka dengan muamalah yang haram atau penuh dengan syubhat.
Dari Abu Hurairah radhiallahu `anhu berkata, Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam bersabda :
أيها الناس، إن الله طيب لا يقبل إلا طيبا، و إن الله أمر المؤمنين بما أمر به المرسلين، فقال 
يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحاً إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُلُواْ مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُواْ لِلّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
ثم ذكر الرجل يطيل السفر، أشعث أغبر يمد يديه إلى السماء، يا رب، يا رب، ومطعمه حرام، ومشربه وملبسه حرام، وغذي بالحرام، فإنى يستجاب لذلك
“Wahai seluruh manusia, Sesungguhnya Allah itu baik, tidak akan menerima kecuali yang baik, sesungguhnya Allah memerintahkan kaum mukminin dengan apa yang telah Dia perintahkan kepada para Rasul `Alaihimus Sholaatu was Salaam, maka Allah berfirman :
‘Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan.’ (QS. Al Mu`minun : 51).
Dan Allah berfirman : ‘Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya  kalian beribadat.’ (Al Baqarah : 172).
Kemudian beliau menyebutkan seorang lelaki yang lama dalam safarnya, rambutnya dalam kusut masai, badannya penuh dengan debu, lantas dia menadahkan tangannya kelangit, sambil mengucapkan “Ya Rabb, Ya Rabb..”, sementara makanannya dari yang haram, minuman dan pakaiannya dari yang haram, dan diberi makanan dengan yang haram, bagaimana akan dikabulkan dengan demikian do`anya?”[10]
Sesungguhnya para ulama talah menyebutkan adab-adab berdo`a, telah mereka jelaskan di kitab-kitab mereka, maka sepantasnya bagi seorang hamba untuk mengetahui dan mengambilnya.
Diantaranya hendaklah seorang yang berdo`a memulai do`anya dengan bertahmid dan memuji Allah Ta`ala, Dia yang pantas untuk dipuji, lalu bershalawat dan salam kepada Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam.
Hendaklah dia sungguh-sungguh dalam meminta, jangan dia mengatakan : “Ya Allah! Ampunilah saya kalau Kamu mau...”, dan yang sejenisnya.
Hendaklah dia mengangkat kedua tangannya ketika sedang berdo`a sambil menghadap kiblat dan juga hendaklah dia dalam keadaaan suci, hendaklah dia betul-betul mengakui dosa-dosanya dan nikmat serta keutamaan Allah Jalla wa `Alaa atasnya.
Diantaranya juga hendaklah dia menampakkan sangat butuhnya dia kepada Allah Ta`ala dan mengadu kepadaNya, dan jangan dia melampaui batas dalam berdo`a. Sungguh telah dijelaskan adab-adab ini dalam hadist-hadist yang shohih dari Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam.
Dan hendak dia mencari waktu-waktu yang utama dikabulkan do`a padanya, seperti waktu sujud, diantara adzan dan iqomah, berdo`a di pertengahan malam, diakhir siang pada hari Jum`at, ketika turunnya hujan, ketika sedang berbuka, malam qodar, pada hari `arafah, diakhir shalat-shalat lima waktu, ketika adzan untuk shalat lima waktu, ketika iqomah, ketika perang sedang berlangsung di jalan Allah, dan ketika bangun pada malam hari dari tidur dan berdo`a dengan do`a yang ma`tsuur, dan sungguh telah dijelaskan tempat-tempat ini dengan hadist-hadist yang shohih dari Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam.
Sesungguhnya telah datang dari Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam hadist-hadist tentang orang-orang yang dikabulkan do`a mereka, diantara mereka do`a seseorang untuk saudaranya tanpa dia ketahui, do`a orang tua untuk anaknya, do`a musafir, do`a seorang yang sedang berpuasa, seseorang dizholimi, do`a imam yang adil, do`a anak shalih, do`a orang yang terbangun di malam hari, apabila dia berdo`a dengan do`a-do`a yang ma`tsuur, dan selain mereka.
Dari Abu Hurairah radhiallahu `anhu berkata, Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam bersabda :
"دعوة المظلوم يرفعها الله فوق الغمام، وتفتح لها أبواب السماء، ويقول الرب: وعزتي وجلالي لأنصر ولو بعد حين"
“Do`a orang yang dizholimi akan diangkat oleh Allah Ta`ala ke atas awan, dan dibukakan baginya pintu-pintu langit, kemudian Rabb berkata : “Demi keagungan dan kemuliaan Saya, Saya akan menolong engkau walaupun setelah ini”.[11]
Sesungguhnya Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam memilih dalam do`a-do`anya, do`a yang meliputi seluruhnya, beliau berdo`a:
وِمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Dan di antara mereka ada orang yang berdo’a: "Ya Rabb Kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka". (QS.Al-Baqarah : 201)
Dan diantara do`a beliau Shollallahu `alaihi wa Sallam : “Wahai Dzat yang memutar balikan hati-hati manusia, kokohkanlah hati saya di atas Din Kamu,” dan juga beliau berkata kepada `Ali radhiallahu `anhu : “Ucapkanlah, Ya Allah! Tunjukilah saya dan kokohkanlah saya di atas kebenaran,” lalu juga beliau mengajarkan kepada `Aisyah Radhiallahu `anha do`a yang dibaca pada malam Lailatul Qadar : “Ya Allah! Sesungguh Engkau Maha Pengampun, dan mencintai ampunan, maka ampunilah saya,” dan selainnya dari do`a-do`a yang ada.
والحمد لله رب العالمين، وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

Diterjemahkan oleh Al Ustadz Abul Mundzir Dzul Akmal bin Muhammad Kamal As Salafiy dari kitab : “Ad Durarul Muntaqooh minal Kalimaatil Mulqooh Duruusun Yaumiyyah” karya Ad Doktor Amiin bin `Abdillah As Syaqaawiy
Rimbo Panjang, Komplek Ma`had Ta`zhim As Sunnah As Salafiyyah, Hari Senin 23 Syawal 1430 H/12 Oktober 2009 M.

[1] Sunan at Tirmidziy (3382), berkata beliau : ini hadist ghariib dan dishohihkan oleh as Syaikh al Albaaniy di shohiih al Jaami`us Shooghiir (6290).
[2] Sunan at Tirmidziy (3370), dan berkata Abu `Isa : hadist ini hasan ghariib dan dishohihkan oleh as Syaikh al Albaaniy di shohih sunan at Tirmidziy
[3] Sunan at Tirmidziy (3524), berkata Abu `Isa : hadist ini hasan ghariib, dan dishohihkan oleh al Al Baaniy di shohih at Tirmidziy (3/172).
[4] Sunan Abi Dawud (1479), Shohihul Jaami`us Shoghiir (3401).
[5] Musnad al Imam Ahmad (3/18).
[6] Al Bukhariy (6340), Muslim (2735).
[7] Muslim (2735).
[8] At Tirmidziy (3479), dan dihasankan oleh al Albaaniy di al Ahaadiist as Shohiihah (594).
[9] Al Bukhaariy (2083).
[10] Muslim (1015).
[11] At Tirmidziy (3598), berkata Abu `Isa : ini hadist hasan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar